Press ESC to close

Hendri WidanantoHendri Widananto a Blogger with Autos enthusiast.

3 Kesalahan Demo yang dilakukan driver jasa Transportasi Konvensional

Hari ini, Selasa (22/03/2016) para Driver Jasa Transportasi Konvensional sedang demo besar-besaran di tiga tempat yakni Kantor Keminfo, Kemenhub dan DPR RI, mereka gak terima dengan hadirnya layanan Jasa Transportasi Online, jasa Transportasi yang menggunakan Aplikasi di Smartphone untuk melakukan komunikasi antara driver dan pengguna jasa. Menurutku Driver Konvensional  memiliki 3 kesalahan dalam demo ini.

Sebelum itu, mengenai Jasa Transportasi Online memang menurutku sangat membantu karena praktis dan mudah untuk ditemukanya.. kita tidak perlu menunggu mobil angkutan lewat yang masih belum tau kepastianya mau melewati kita atau enggak, atau kita tida perlu datang ke pangkalan atau terminal.. dengan Online, kita bisa lebih pasti menemukan angkutan.

Namun disisi lain, dari segi legalitas para penyedia jasa Transportasi Online masih banyak yang kurang.. Mobil yang dipakai bukan mobil kendaraan umum, melainkan mobil pribadi (plat hitam) dan untuk roda dua sebenarnya bukan alat transportasi umum jika mengacu pada Undang-undang, namun dengan alasan memudahkan menemukan alat transportasi umum dan mengurai kemacetan, mereka memang bisa menjawab itu. Model transportasi massal di Indonesia masih terbilang sulit, apalagi adanya hanya di kota-kota besar seperti Jakarta.

Akan tetapi dengan hadirnya jasa Transportasi Online, jasa Konvensional merasa pendapatan mereka berkurang, terkikis dengan jasa yang Online karena Masyarakat sudah lebih memilih jasa Online. Pada akhirnya mereka (driver transportasi konvensional) berkumpul dan melakukan Demonstrasi.. walaupun serapan makna ‘Demonstrasi’ yang sebenarnya itu bukan Anarkisme seperti yang kerap terjadi di tanah air. dan menurutku ada;

3 Kesalahan Demo yang dilakukan driver jasa Transportasi Konvensional

Demo Transportasi Konvensional
Demo Transportasi Konvensional. (gambar: tempo.co)

1. Salah tempat demo
Demo di depan Kantor Kemkominfo? Lah ngapain coba demo disitu, Para driver transportasi konvensional salah tempat kalau demo di Keminfo, karena menurutku tidak ada hubunganya sama sekali. Melarang perusahaan lain mendirikan bisnis Online (seperti jasa transportasi) itu salah besar, bahkan Kementerian Komunikasi dan Informatika sekalipun tidak punya hak untuk itu. kecuali kalau itu berbau melanggar hukum seperti Pornografi, peretasan atau penipuan, tapi kalau itu mah individu yang lapor atau bahkan tidak lapor sekalipun sudah ditindak sama Keminfo. Ibarat kasarnya itu sama saja seperti pengendara sepeda motor yang meminta polisi untuk menilang pengendara sepeda motor lain yang mengambil jalan pintas. Masa ya harus ikut-ikutan jalan mu to, lah kalau jalan pintas dirasa lebih cepat gimana? .

2. Tidak bisa menerima persaingan
Hidup ini kompetisi, hidup ini adalah perlombaan.. tetapi perlombaan yang dilakukan secara adil dan positif, seharusnya jika hadir layanan transportasi Online, transportasi Konvensional tidak harus melulu berdemo, apalagi demonya salah tempat… tetapi harus mencari celah kelemahan si kompetitor, tetapi bukan kelemahan dia gak punya senjata terus kita cari pisau atau tembak, atau karena dia pasukanya sedikit terus kita keroyok rame-rame lho ya.. tetapi dengan memanfaatkan celah.. (karena semua yang ada didunia ini ada memiliki kelebihan dan kekurangan) dan mengambil inovasi. Cari kek ide-ide baru supaya konsumen itu lebih bisa memilih alat transportasi konvensional minimal dengan memanfaatkan celah itu tadi. Kalau dia berani mengambil jalan pintas  yang terkesan sempit dan jalanya berlubang, saya harus berani mengambil jalan mulus yang menyenangkan.

3. Sadar! Ini adalah era Digital
Mengikuti perkembangan jaman itu penting .. Teknologi menuntut kita untut maju, menemukan hal-hal baru untuk memudahkan si manusia itu sendiri. Ini adalah era digital yang driver trasportasi konvensional harus menyadari hal ini.. Maaf maaf tetapi sadar diri lebih baik daripada dikit-dikit menyalahkan orang lain. Paling tidak jika tak mau ketinggalan para driver konvensional juga harus menanam sebuah ekosistem sendiri yang lebih mudah dicari konsumen, mungkin juga harus beralih ke era digital. Jika ada Teknologi bernama Injeksi yang mensuplai bahan bakar melalui sebuah elektronik dan dampaknya lebih irit BBM, maka tidak ada salahnya untuk meninggalkan Karburator dan beralih ke Injeksi. Maaf kalau era digital dan injeksi tidak nyambung.

Mungkin itu saja, dan postingan ini dibuat tanpa bermansud memihak, postingan ini juga dibuat oleh saya sendiri, Independent.

Hendri Widananto

Blogger kelahiran Wonogiri yang dibesarkan di kabupaten penuh pesona Gunungkidul, wira-wiri di Yogyakarta, bisa dihubungi melalui surel di mail@hendri.my.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *